Acara peringatan Ulang Tahun Konferensi Asia Afrika ke-60 lalu meninggalkan kisah yang luar biasa beragam untuk Kota Bandung.
Perjalanan menapaki kemasyhuran
Ada kisah tentang persiapan yang luar biasa menguras pikiran dan tenaga. Seperti yang kita ketahui, perbaikan dilakukan secara massif oleh Pemerintah Kota Bandung untuk menyambut tamu-tamu negara. Para Relawan mendaftarkan diri. Bunga-bunga ditanam, tugu simpang 5 diganti, trotoar diperbaiki, dan yang terlihat jelas perbedaannya adalah Jalan Asia Afrika yang berubah suasananya. Jalan Cikapundung Timur menjadi jalan pedestrian yang sangat berbeda dari sebelumnya.Ada pula kisah tentang sebuah pencapaian prestasi yang tidak ternilai harganya. Dimulai ketika ditutupnya jalan-jalan yang akan digunakan. Ketika Bandung menerima tamu napak tilas Konferensi Asia Afrika pada 24 April lalu. Ketika satu-persatu tamu datang. Ketika kamar-kamar penginapan yang dipersiapkan mulai ditempati. Ketika Kang Emil membacakan Dasasila Bandung. Ketika para tamu laki-laki yang muslim melaksanakan Shalat Jum'at di Masjid Raya. Ketika Kang Aher membacakan Khutbah dengan tiga bahasa. Dan seterusnya hingga tamu-tamu negara satu-persatu meninggalkan Bandung tanda acara telah usai.
Ya. Kisah diatas menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untuk kita yang di Bandung khususnya, bahkan Indonesia secara keseluruhan. Syukur tak terhingga kepada Yang Maha Esa berulang-ulang diucapkan.
Layu Sebelum Berkembang
Setelah itu. Jalan-jalan dibuka. Masyarakat bisa menikmati keindahan perbaikan hasil jerih payah tim relawan dan pemerintah kota. Beberapa jam kemudian?Semua kebanggaan dan rasa syukur itu? Berganti.
Ya. Berganti dengan kesedihan melihat foto bunga yang ditanam dengan indah? Kemudian mati diinjak dengan sepasang sepatu yang mengikuti keinginan pemiliknya yang tamak.
Ya. Berganti dengan kekecewaan melihat foto kursi yang dipasang kokoh? Kemudian mengalah patah oleh manusia berhati batu.
Ya. Berganti dengan kemarahan melihat foto nama negara yang ditata rapi? Kemudian mengerut dicabut oleh dua remaja berfoto bak sepasang raja dan ratu tamak perhiasan.
Ya. Semua itu dirasakan oleh beberapa dari kita yang melihatnya di media sosial. Dari foto-foto yang dibagikan seseorang ke Walikota. Kemudian menyebar dengan sendirinya. Dari berita-berita yang mengutip foto-foto itu.
[caption id="attachment_158" align="aligncenter" width="720"]
Layu Sebelum Berkembang[/caption]
Ketidakpedulian semua
Semua telah terjadiYa. Semua itu telah terjadi.
Ya. Semua itu karena ketidak pedulian.
Tentu. Jelas. Karena ketidakpedulian yang merusak.
Dan? Ketidakpedulian kita yang melihat.
Dan? Ketidakpedulian untuk menegur.
Mungkin saja. Ketika orang-orang itu hendak melakukan kesalahan mereka mencoba sedikit-sedikit. Melihat kiri-kanan. Takut ditegur/dimarahi. Namun? Karena semua orang sibuk dengan dirinya masing-masing. Dengan kelompoknya masing-masing. So? Ah toh gue dibiarin. Akhirnya hilanglah rasa bersalah dari yang bersalah.
Semua itu tidak akan terjadi jika kepedulian lebih besar daripada ketidakpedulian.
Semua itu tidak akan terjadi jika berhasil dicegah.
Tentu, yang merusak jelas lebih hina dari yang tidak merusak.
Namun?
Adakah kita berani menegur? Ketika melihat kesalahan yang dilakukan orang lain?
Adakah kita berani menegur? Ketika melihat seseorang mencuri-tingkah untuk melakukan kesalahan?
Adakah kita berani menegur? Ketika melihat orang membuang sampah sembarangan di depan kita?
Adakah kita berani menegur? Ketika melihat kemungkaran di depan mata kita?
[dt_quote type="blockquote" font_size="big" animation="none" background="plain"]
“Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia mencegah dengan tangannya, sekiranya dia tidak mampu, maka dengan lisannya, dan sekiranya dia tidak mampu (juga), maka dengan hatinya. Yang demikian itu adalah selemah-lemah keimanan.”
(Riwayat Imam Muslim dalam Sahihnya dari hadis Abu Said r.a)
[/dt_quote]
[dt_quote type="blockquote" font_size="big" animation="none" background="plain"]
“Sesungguhnya Allah akan bertanya kepada hambaNya di hari kiamat sehingga Dia berfirman: Apa yang menghalangi kamu apabila merlihat kemungkaran namun kamu tidak mencegahnya? Maka dia pun menjawab: Aku takut pada manusia. Maka Allah berfirman: Aku lebih berhak untuk engkau takuti.”
(Riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya dari hadis Abu Said Al-Khudri r.a)
[/dt_quote]
Dipublikasikan pertama kali di Facebook Gani Prayoga