Kristalisasi Karakter

Kristalisasi Karakter

Published on 24 Jan 2013 | Takes approximately 2 min to read

Siang tadi, sebelum melangkahkan kaki menunaikan shalat jumat bareng de Raja, mampir dulu ke ruang TV, pamit ke mamah. Kebetulan mamah lagi nonton beritanya Aceng Fikri. Seru nampaknya mamah nonton, so aku ikut nonton bentar. Tapi bukan Aceng Fikri yang akan saya bahas sekarang.

Ada komentar dari narasumber pakar sosial dan budaya yang membuat saya tertarik. Beliau berkomentar kira-kira seperti ini.

Indonesia, orang-orangnya dari sejak kecil sama orangtuanya sudah diajarkan untuk menyalahkan orang lain. Contoh kecilnya ketika anak tersandung meja lalu terjatuh, yang disalahkan adalah mejanya.

Sampe besarpun akhirnya begitu. Terkristalisasi bahwa yang salah itu orang lain, bukan dirinya. Meskipun dirinya salah. Teman disalahkan, meja disalahkan, lampu, pemerintah disalahkan, bahkan sampai menyalahkan tuhan. Bayangkan saja, contohnya orang gak mampu menunaikan haji, yang disalahkan Tuhan yang gak ngasi rezeki.

Kira-kira demikian.

Sesuatu hal yang membuat saya terperenjak. Dalam hati berkata. “Yaa Allah, bener juga”

Sedari Kecil

Sekarang mari kita flashback ke zaman kita kecil. Zaman anak gak tau mana salah mana benar.

Masa itu, ketika sang anak lari-lari dalam rumah, trus kejedot pintu. Nangis. Sang ibu datang sambil khawatir. Kemudian ibu bertanya, “kenapa? Kejedot pintu ya! Uuh pintunya nakal, sini mamah pukul pintunya!”

Cesss…

Alam bawah sadar kita merekam!

“Yang salah itu PINTU! PINTU! PINTU! Aku benar, aku lari dalam rumah itu hal yang benar!”

Dan yakin, itu tidak terjadi sekali. Tiap kali anak menangis, tiap itu pula sang ibu/ayah menyalahkan benda yang ada di sekitar. Jadi sekarang tak heran, ketika tahun demi tahun beranjak. Sang anak tumbuh sedikit besar. Kemudian anak lari-lari dalam rumah. Gak bisa dilarang, sang anak tetap lari meskipun orang tua melarang dengan cara apapun. Sulit. Sudah terpatri dalam hatinya, lari itu benar. Dan itu tetap terpatri dalam diri… Sampai beranjak dewasa… Sampai akhirnya…

Itulah kristalisasi karakter dan budaya Indonesia.

Yang tanpa kita sadari, kelalaian orang tua mendidik anak. Sepele, tapi berpengaruh besar.

Satu ilmu lagi, tentang karakter bangsa Indonesia.